Ketika kita bicara tentang iman dan doa, nenek Yuyu telah membuktikannya. Saya, Bu yusri, dan bu Herlani dua hari ini seperti masuk ke sebuah hutan belantara tanpa ada satu pun yang kami kenal. Namun doa nenek Yuyu-lah yang membawa kami ke sana. Doa nenek Yuyu-lah yang membuka mata hati semua donatur sehingga kita berhasil mengupayakan sebuah rumah impian untuknya. Tak lupa malaikat kecil cucunya ‘Icha’, melewati penderitaan yang sangat luar biasa, ini pula yang menjadi perekat kita semua.
Hampir 3 minggu saya dan kawan-kawan terus memantau pembangunan rumah baru nenek Yuyu. Hadir pula menyertai kami cucu, menantu nenek Yuyu.
Penyelenggaraan ini juga berkat sumbangsih cik Siang Ing yang membantu menghitung keperluan material. Juga pak Tebe yang menyiapkan perabot rumah.
Kami terharu mendengar ucapan anak-anak nenek Yuyu, “Bagian besar yang tak mungkin bisa kami penuhi telah dibantu dan sungguh ini adalah rasa syukur kami” (sambil menahan airmata).
Perlu kita sadari bahwa sesungguhnya bukan selaku anak tidak mau berkorban demi orangtuanya, namun karena tidak semua anak memiliki kesempatan untuk membuktikannya.
Seluruh letih kami tergantikan ketika nenek Yuyu memeluk kami sambil berkata “ikhlas ya..,ikhlas”, seakan nenek Yuyu belum yakin dengan kejutan di usia senjanya.
Saya atas nama keluarga besar Nenek Yuyu mengucapkan rasa syukur dengan berterima kasih yang sebesar besarnya atas cinta dari semua saudara sebangsa melalui dana yang diberikan.
Marilah kita sebagai insan berhati nurani untuk terus merawat welas asih ini.
Bersama dalam keberagaman itu amatlah indah.
Salam welas asih
Melly Kiong